Rabu, 25 Januari 2012


Hypnoteaching

OPINI | 18 November 2011 | 23:48 116 0 Nihil

Wah, dari kata-katanya kok masih janggal ya? Biar ngga janggal lebih baik kita baca dulu aja kali ya? Selanjutnya bisa kita membahsnya secara bersama-sama. OK?
Banyak orang bertanya-tanya, dengan berbagai versi namun sebenarnya satu tujuan. “Anak didik saya kok nggak ada kemajuan, padahal apa yang saya punya telah saya berikan”… Mungkin itu salah satu, salah dua, bahkan semua menyalahkan…ha..ha.. becanda… tapi disadari atau tidak, bahkan mungkin anda sendiri juga sering bertanya-tanya semacam itu.
Sebagai pengajar, kita baiknya memiliki strategi secara umum (standar umum dalam mengajar), dan saya yakin mayoritas dari kita sudah melaksanakannya. Akan tetapi, jangan sampai terabaikan bahwa mengajar itu adalah seni. Ya… betul sekali , guru itu juga seorang seniman, jadi guru juga hrus bisa menghasilkan sebuah karya yang berkualitas. Memang, bakat itu bawaan dan tidak bisa dipelajari karena yang bisa dipelajari adalah keterampilan. Bakat dalam mengajar sesungguhnya merupakan roh dari proses mengajar itu sendiri, orang yang bakat mengajar akan jauh lebih bisa adaptasi, luwes, selalu menggunakan hati, control emosi serta cerdas dalam menghadapi situasi bukan karena cerdas kognisi (walaupun kecerdasan menghadapi situasi dipengaruhi oleh kecerdasan kognisi) . Berbeda dengan orang yang terampil mengajar, karena keterampilannya itu bisa diperoleh dari pengalaman, rutinitas maupun kegiatan formal. Maka sebagai seniman sebaiknya kita bisa mensinergikan antara bakat dan keterampilan, sehingga apa yang kita hasilkan menjadi sesuatu yang berkualitas dan mengandung banyak nilai.
Jika kita mampu mensinergikan bakat dan keterampilan sesungguhnya menjadi hal yang luar biasa. Seorang pelukis akan menghasilkan sebuah karya yang berharga apabila dia mampu mengasah bakat melukisnya disertai penguasaan keterampilan menggunakan alat-alat dan bahan yang digunakan dalam melukis… Hasilnya? Semua orang akan mengatakan… Sempurna, nilai yang tadinya subjektif akan jadi objektif karena semua orang akan terhipnotis karenanya. Samakah dengan guru?
Jika guru juga mampu mensinergikan bakat dan keterampilan layaknya pelukis, maka hasilnya pun akan fantastis…… Jika guru mau mengasah bakatnya dalam mengajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan dalam mengajar (menguasai alat dan bahan mengajar), secara tidak langsung kecerdasan kognitifnya pun akan menjadi dampak pengiring. Guru akan mampu menghipnotis siswa, dengan terhipnotisnya siswa terhadap guru, maka pelaksanan pembelajarannya akan jauh lebih terkonrol dan maksud dari apa yang disampaikan guru akan mudah terjawab oleh siswa, siswa akan menikmati dan meresapi pembelajaran yang berlangsung. Jika dikaitkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga sangat menguntungkan, hypnoteaching berpengaruh terhadap kejujuran siswa dengan apa yang mereka kehendaki, apa yang mereka ingin ungkapkan. Hal terpenting dalam kegiatan ini bahwa hypno disini tidak bersifat diktator ataupun menjadikan guru seorang kompresor, tetapi guru hanya sebatas menjadi fasilitator, evaluator, administrator, motivator, dan reflector dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hasil belajarnya pun ahirnya seperti pertanyaan retoris (tidak membutuhkan jawaban, karena jawabannya hanya “iya”). Dari proses mengajar yang mampu menghipnotis inilah saya sebut Hipnoteaching..
Yuks, kita diskusikan lagi masalah ini… thks…. (aby_lya@yahoo.co.id)
Home Base : Jl.Sememi Baru I. Kav. A9/3 Surabaya 60198
Direct Access : 081 837 08 92 (phone/SMS)
Email : mediasugesti@yahoo.com
Yahoo Messenger ID : neo_okta@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar